Tuesday, April 2, 2019

Tahukah Kamu, Gaess?


Gaess, tahukah kamu? Bahwa menjadi seorang penulis itu rentan terhadap gangguan kejiwaan! Nggak percaya? 

Ayo kita mulai dari kebingungan awal, mau nulis apa?  Lalu, sedikit pusing  cara memunculkan ide.  Diikuti dengan bagaimana mengolah kata yang indah,  kejar date line, dibayangi kegagalan tembus media/gagal tayang.  Dan setelah berhasil ‘tayang’, justru tersandung masalah ‘plagiator’.  Atau bahkan minim apresiasi.

Belum dihitung dengan kerepotan bolak balik revisi tulisan, royalty nggak jelas atau honor belum dibayar. Tambahan lagi dengan komputer atau laptop yang mendadak error, padahal date line di depan mata. Argh, memusingkan kepala!

Bahkan  Earnest Hemingway, seorang novelis ternama,  berakhir tragis karena kesehatan kejiwaannya terganggu. Beberapa orang menganggap Hemingway menderita Bipolar Disorder.

Namun begitu, kabar baiknya adalah bahwa ternyata kegiatan tulis menulis juga bisa menjadi  obat atau sarana terapi, mengurangi tekanan kejiwaan, Gaess.

Dr. James W. Pennebaker, seorang psikolog sosial Amerika, merupakan pioneer terapi menulis, mengatakan bahwa menulis adalah alat yang jauh lebih kuat dalam penyembuhan daripada yang pernah dibayangkan oleh siapapun.

Kok bisa? Ya, bisalah! Saat kita menulis bebas tanpa tekanan, artinya kita sedang menyalurkan perasaan.  Entah marah, benci, kecewa, dan sebagainya.  Seperti menulis di diary.  Seolah  tengah curhat pada seseorang.  Dengan sendirinya beban yang kita rasakan menyebar/berkurang.  Terapi ini cenderung cocok bagi mereka yang introvert.  Walaupun tak selalu begitu.

Pernah baca atau dengar buku yang berjudul : Habibie dan Ainun? Buku itu ditulis oleh Pak Habibie, mantan presiden ketiga RI, lantaran depresi sepeninggal belahan jiwanya, Ibu Ainun.   Pak Habibie yang setengah linglung dan bingung setelah kepergian kekasihnya, disarankan untuk menulis oleh dokter.  Tak dinyana, buku yang ditulis malah laris manis dan bahkan difilemkan.  Selain itu, Pak Habibie pun dinyatakan baik-baik saja.

So, Gaess … akan selalu ada ‘efek samping’  akibat kegiatan yang kita lakukan (menulis).  Maka menulislah tanpa beban. Menulislah karena kita memang ingin dan butuh menulis, bukan mengharapkan sesuatu yang lain.  Menambah beban pikiran saja!

Syukur-syukur kalau tulisan kita tak hanya menghibur, melipur lara, tapi juga memotivasi dan menginspirasi. Pun mampu menyembuhkan beban mental kita, menambah pundi-pundi serta pahala, sebab di atas segalanya … kelak, kita akan diminta pertanggung jawaban atas tulisan kita.

Oleh karena itu, selalu ingat bahwa Allah maha mengetahui dan mengatur segalanya.  Teruslah meminta pertolongan dan lindungan-Nya.

Selamat menikmati aktivitas menulis, Gaess.    

Batam, 31 Maret 2019